Senin, 28 Desember 2009

2 Faktor Pembentuk Kompetensi

Dewasa ini, para pemimpin organisasi dalam mengelola organisasi mereka memiliki prioritas utama menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) agar dapat memenangi persaingan usaha yang kini semakin ketat. Berbagai teknologi dan alat manajemen yang tersedia telah mereka coba dan terapkan.

Pada dasarnya mereka mencari keunggulan yang unik yang tidak dapat dimiliki oleh pesaing mereka. Disisi lain, teknologi yang mereka gunakan dapat ditiru oleh perusahaan lain.
Oleh karena itu, alternatif yang sangat memungkinkan untuk memiliki keunggulan bersaing adalah mencari keunggulan bersaing pada sumber daya manusia yang dimiliki, dimana SDM akan menciptakan sendiri keunggulan bersaing tersebut melalui kreatifitas yang mereka hasilkan dan keunikan yang mereka miliki. Sehubungan dengan itu banyak pimpinan organisasi mulai memperlakukan sumber daya manusia sebagai human capital ketimbang hanya sebagai faktor produksi.

Di Indonesia banyak perusahaan dan organisasi yang telah menerapkan sistem manajemen berbasis kompetensi untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia mereka. Contohnya seperti beberapa BUMN yaitu pertamina, PLN, bahkan beberapa institusi pemerintah seperti Departemen Pendidikan Nasional. Semua itu dilakukan untuk lebih mengarahkan dan meningkatkan pembentukan kompetensi SDM agar lebih berkualitas sesuai tuntutan kebutuhan pekerjaan.

Pada hakekatnya pembentukan kompetensi seseorang diyakini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


Faktor internal merupakan faktor bawaan yang bersifat genetik, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan kompetensi seseorang secara akumulatif sejak kecil, seperti pendidikan dan pengalaman hidup orang tersebut yang diperoleh sejak kecil. Sejauh ini belum ada pakar yang menyatakan mana dari kedua faktor tersebut yang paling banyak emempengaruhi kompetensi seseorang dan sejauh mana kompetensi seseorang dapat dikembangkan sesuai keinginan.

Kedua faktor tersebut dalam penerapanannya tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seseorang menggunakan pemikiran intelektual (kognitif) dan mengendalikan emosinya. Kompetensi mempengaruhi cara pandang, tindakan dan karakter seseorang. Orang yang memiliki kompetensi dapat menggunakan pemikiran intelektual dan emosinya sesuai yang dibutuhkan pekerjaan, sehingga orang tersebut dapat berprestasi unggul dalam bekerja.

Faktor genetis mempengaruhi kecenderungan seseorang menggunakan pemikiran intelektual dan emosinya. Pengendalian emosi dengan kecerdasan emosional (emotional intelegncy), dapat mempengaruhi keseimbangan antara penggunaan pusat emosi (amygdala) dan penggunaan pemikiran intelektual di bagian otak yang disebut prefrontal neocortex.

0 komentar:

Posting Komentar

Tu comentario será moderado la primera vez que lo hagas al igual que si incluyes enlaces. A partir de ahi no ser necesario si usas los mismos datos y mantienes la cordura. No se publicarán insultos, difamaciones o faltas de respeto hacia los lectores y comentaristas de este blog.